Family Travel - Mengobati Rindu di Pontianak

26 tahun.  Sudah lama sekali sejak saya meninggalkan kota Pontianak ini dan pindah ke Jakarta.  Pontianak cukup memberikan kenangan bagi saya karena saya menghabiskan waktu sekitar 5 tahun disini. Ditambah lagi kedua adik saya lahir di kota ini.  Menghadiri pernikahan keponakan saya adalah waktu yang tepat untuk memperpanjang kunjungan dua hari dan mengunjungi Pontianak serta Singkawang.

Apa saja yang harus dipersiapkan sebelum pergi berlibur?  Tentunya dibagi beberapa bagian, yaitu:

A.  Persiapan anak

Tergantung usia anak anda, anak saya berusia 3 tahun dan cukup kuat fisiknya di berbagai kondisi cuaca.  Barang-barang dan obat-obatan yang krusial yang pasti dibawa adalah:

    1.  Vitamin.  Anak kami biasa minum Imboost.

    2.  Sun block.  Kalau bisa kemanapun jangan lupa.

    3.  Kacamata hitam.

    4.  Obat demam dan minyak kayu putih.

    5.  Jaket, baju hangat, dan kaos kaki.

Barang lain yang biasa tidak mungkin ketinggalan adalah iPad yang sudah berisi lagu-lagu favorit dan film-film favoritnya.

B.  Persiapan pribadi

Sudah pasti tas terpisah untuk peralatan fotografi yang biasanya saya sesuaikan dengan shotlist yang sudah saya persiapkan sebelumnya tetapi tetap seringkas mungkin.  Karena kali ini berjalan bersama ibu dan adik saya, demi kepraktisan saya lebih banyak foto menggunakan handphone.

Perjalanan kami selang-seling, Pontianak ke Singkawang lalu kembali ke Pontianak, blog ini saya tulis tidak berdasarkan hari tetapi berdasarkan kota, yaitu Pontianak dan Singkawang.  Selamat menikmati :)


SELAMAT DATANG DI KOTA PONTIANAK


Kami berangkat menggunakan Uber menuju bandara.  Beruntung Uber beroperasi dari pagi sekali sehingga tidak ada halangan menuju bandara pkl. 04.30 pagi.  Tiba di bandara langsung check-in ke counter City Link yang sudah cukup panjang antrian.

Tidak lama kami langsung boarding dan berangkat menuju Pontianak.  Cuaca selama perjalan cerah dan penerbangan mulus.  Hugo sudah tidak sabar menunggu take-off & landing, moment yang paling dia tunggu, selama penerbangan dia hanya tidur hehe.  Pkl. 09.30 tiba di bandara Supadio, saya cukup terkejut akan perubahan bandaranya, maklum sudah 26 tahun berlalu hehe.  Bagus sekali bandara ini dan sedang ada perluasan tahap-2.  Kesan pertama istri saya pas tiba di Pontianak adalah panas!!  Belum pernah merasakan kota sepanas ini dengan matahari menusuk kulit.  Cukup kaget pada saat keluar dari ruangan bandara Supadio yang dingin.  

Masuk mobil langsung minta AC di full-kan pun tetap tidak menolong.  Kami menuju ke rumah kakak kami sambil diberikan 'tour' oleh supir kami.  Sambil mendengarkan cerita pak supir pikiran saya melayang ke masa kecil saya di kota ini, banyak pertanyaan dalam hati, "emangnya tempat ini / itu ada ya dulu?", "perasaan dulu pernah kesini, benar gak ya?", "hmm kayanya inget tuh tempat", dan masih banyak pertanyaan lain. 

Setengah jam di rumah kakak saya, kami pun diantarkan ke Hotel Avara yang terletak di Jl. Gajah Mada.  Biaya menginap dengan kamar tipe City View adalah sebesar Rp. 385.000,- / malam (include breakfast).  Untuk review hotel bisa dilihat di review saya di Trip Advisor.

Setelah selesai mandi dan memasukkan barang ke kamar, tujuan pertama kami dengan cuaca sepanas ini apalagi kalau gak mencari es krim dan yang paling terkenal adalah es krim Angi.  Terletak sangat dekat dengan rumah saya dulu.  Tiba di tempat itu, ramenya minta ampun, ngantri sampai luar.  Dulu waktu kecil sering makan es krim disini tapi tidak begitu ingat, maklum 26 tahun yang lalu :) Yang suka es krim boleh banget coba es krim disini, ada banyak rasa dan ada beberapa rasa yang berganti setiap hari.  Langsung saja coba menggunakan kelapa.  Dengan harga Rp. 20.000,- es krim ini TOP!

Setelah mencoba es krim, kami pun melewati rumah kami dulu, sekedar mengenang aja hehe.  Tiba-tiba teringat dengan Rumah Betang yang ada di depan gereja HKBP kami dulu, kami pun minta diantarkan ke sana.  Rumah Betang ini adalah replika rumah dayak Radakng.  Besar sekali, mungkin muat 10 keluarga, atau jangan-jangan lebih ya?  Lagi-lagi saya kecewa dengan tempat ini, banyak goresan-goresan di jendelanya, goresan-goresan yang menurut saya tidak penting seperti "X love Y", "X was here", dll.  Harus ya dicoret-coret kaya gitu? Kok kalau kita travel ke negeri orang nyali untuk nyoret-nyoret hilang? Kesan pertama saya adalah kekecewaan.  Karena kecewa kami sebentar saja disini untuk foto-foto, lalu melanjutkan perjalanan.

Fujifilm X-T1. XF 14mm. 

Lalu ibu saya karena cukup lelah minta diantarkan ke hotel.  Karena sudah di hotel ya sudah kami istirahat sebentar, mandi sore, dan saya menyempatkan 15 menit saja foto-foto di sekitar hotel.

Tidak lama kami pun pergi mencari makan malam.  Cuaca hujan deras dan gerimis bergantian.  Ekstrim juga ya cuaca disini.  Istri saya katanya kepingin makan kwetiauw / mie tiauw, langsung saja kami menuju kwetiauw Apollo.  Setelah mencoba jujur saja kwetiauw nya enak tapiiii banyak yang lebih enak di Jakarta.  

Lalu ada percakapan lucu,

Mita        : "Pak, jual jeruk gak?".  

Penjual    : "Ada bu, mau jeruk besar atau jeruk kecil?"

[Kami bingung]

Mita        : "Oo jeruk besar itu gelas besar, jeruk kecil itu gelas kecil?"

Penjual    : "Bukan, jeruk besar itu manis, jeruk kecil itu asam"

Kami        : ~Garuk-garuk kepala~

Ternyata jeruk kecil itu jeruk nipis hehehe.  Lalu ada lagi yang lucu, Kwetiauw Apollo ini bersebelahan dengan kwetiauw Polo dengan jargon yang aneh.  Cek fotonya ya hehe

iPhone 5S

Setelah kenyang kami pun minta diantarkan kembali ke hotel, Hugo & istri saya harus istirahat.  Ibu saya pun menunggu kwetiauw yang dibungkus untuk makan malam dan istri saya harus makeup jam 3 pagi untuk acara pernikahan keponakan kami besoknya.  Saya, adik saya, dan keponakan melanjutkan perjalanan untuk minum kopi di pinggir sungai kapuas.  Banyak coffee shop di pinggir sunga kapuas-1 ini, terletak di gang Kamboja, daerah Tanjungpura.  Mobil harus diparkir di ujung gang dan berjalan kaki ke dalam.  Tempatnya gang saja, jadi jangan kaget seolah-olah mau masuk ke perkampungan.  Karena hujan, jalanan becek dan bau kali penuh sampah pun menyengat.  Di ujung gang terdapat banyak coffee shop yang bisa dipilih.  Kami memilih Pondok Kite Coffee Shop.  Sambil minum-minum kopi, hujan pun berhenti, saya foto sebentar Jembatan Kapuas-1 yang warna/i pada malam hari.  :) 

Sudah cukup larut dan kami pun pulang ke hotel untuk beristirahat.

Fujifilm X-T1.  XF 14mm.

Hari Jumat kami sama sekali tidak bisa kemana-mana karena pesta Batak menghabiskan waktu seharian haha.  Mulai dari gereja sampe dengan di pesta adatnya.

Hari Sabtu kami menuju ke Singkawang untuk jalan-jalan, tulisan mengenai Singkawang akan saya tulis terpisah.

Hari Minggu kami kembali ke Pontianak.  Perjalanan Singkawang - Pontianak memakan waktu kurang lebih 3.5 jam, dan selama perjalanan hujan deras cukup merata dari Singkawang hingga ke Pontianak.  Tidak lama setelah keluar dari kota Singkawang, kami berhenti sebentar untuk membeli jagung, oleh-oleh untuk keluarga kami di Pontianak.  Kami membeli jagung 5.5 kg dengan harga Rp. 75.000,-.  

Fujifilm X-T1. XF 14mm.

Sekitar 1.5 - 2 jam perjalanan kami pun tiba di Sungai Pinyuh, berhenti sebentar untuk membeli oleh-oleh dodol duren.  Melanjutkan perjalanan dan apabila mendekati Jembatan Peniti, pelan-pelan saja dan disebelah kiri ada Pondok Pengkang Peniti setelah jembatan.  Jangan lupa mampir ya, restoran ini harus dicoba.  Restoran ini terletak antara Singkawang dan Pontianak.  Pengkang rasanya mirip sekali dengan lemper.  Pengkang berisi berisi beras ketan yang dimasak dengan santan, lalu dibungkus daun pisang, diisi ebi lalu dibakar diatas bara tempurung kelapa.  Lalu dimakan kombinasi dengan sambal kepah.  Kepah itu semacam kerang.  Satu buah Pengkang harganya Rp. 9.000,- dan sambal kepahnya Rp. 30.000,-. Kombinasi pedas dan manis yang memang favorit saya bikin makan gak berhenti-berhenti.  Gawat!

Setelah kenyang, langsung melanjutkan perjalanan ke pusat suvenir Pontianak, PSP Jl. Pattimura.  PSP adalah nama lama tempat ini, sekarang berubah nama menjadi Keboen Sajoek.  Ternyata tempat ini bersejarah, di tempat inilah bendera Merah Putih pertama kali dikibarkan di Pontianak , yaitu pada tanggal 23 Oktober 1945.  Banyak aksesoris khas Pontianak bisa dibeli di tempat ini, seperti kaos, batik, kain, manik-manik khas Kalimantan Barat, mandau, gantungan kunci, dan masih banyak lagi.  Jangan lupa pintar-pintar nawar ya. 

Fujifilm X-T1. XF 23mm.

Selesai dari PSP sudah malam, kami harus segera ke hotel untuk packing.  Beli makanan di sekitar hotel untuk dibungkus dan makan di hotel saja.  

Keesokan hari sekitar pkl. 08.00, kami checkout, dijemput kakak dan menuju bandara, tapi mampir dulu beli Hekeng di toko A Long dekat hotel untuk dibawa ke Jakarta.  Satu Hekeng harganya Rp. 100.000,-/ bungkus Hekeng. Jangan lupa minta di-packing supaya bisa masuk bagasi pesawat ya.  Lalu kami makan siang di Bakmie Kepiting A Chai Jl. Hijas.  Mie Kepiting ini mie khas Pontianak, jadi jangan sampai gak coba ya.  Satu porsi seharga Rp. 20.000,-.  Cukup besar lho porsinya, jadi pasti kenyang hehehe.

Tiba di bandara Supadio, check-in dan tinggal menunggu di panggil di ruang tunggu.Kami pun take-off dengan pesawat Sriwijaya.

iPhone 5S

Tiba on-time di Jakarta, pulang menggunakan Uber yang langsung dapat setelah kami order, tiba di rumah dan langsung terkapar di tempat tidur tapi pikiran masih tinggal di Pontianak :)  Cukup terobati rindu saya dan ada masalah baru, jadi kepingin balik lagi ke sana dan menjelajahi Kalimantan Barat.  Ambil handphone mau di charge tiba-tiba notifikasi WA. "Ayok atur waktu ke Bengkayang untuk ketemu suku asli", kata Abang saya yang di Pontianak.

Waduuuuhhhhhh!!! hahahaha

Sampai bertemu lagiii di perjalanan saya berikutnya :) 

Wira Siahaan