Halo apa kabar? sudah lama tidak berbagi cerita di blog ini dikarenakan kesibukan mengajar dan keasyikan dengan konsep fotografi baru ditambah lagi dengan hadirnya bayi kecil cantik yang sudah berusia 3 bulan.
Sheela says, “Hiii!”
Sebelumnya ijinkan saya mengucapkan Selamat Tahun Baru 2019. Sedikit terlambat namun tidak mengurangi besarnya harapan saya kepada pembaca sekalian agar selalu sehat dan tercapai segala target di tahun 2019 ini.
“Jadi, di tahun yang baru ini Wira punya konsep apa? Kok sepertinya sibuk sekali setiap malam dan feed Instagramnya berubah total.”
Pertanyaan yang diajukan banyak orang belakangan ini. Jadi begini, singkat cerita, fotografi yang saya jalani selama ini bukanlah konsep yang saya inginkan. Saya sendiri tidak merasa bahagia dengan apa yang sudah saya jalani dan lakukan dengan fotografi dari tahun 2014 hingga tahun 2018 kemarin. Tetapi di penghujung tahun 2018, sekitar awal bulan Desember, saya sedang ngobrol via Whatsapp dengan seorang teman dan pada akhirnya dengan adanya sebuah trigger kata 'neon’, muncul semua ingatan saya betapa saya menyukai lampu neon, kehidupan urban pada malam hari, lalu secara berturut-turut muncul semua film, anime, musik favorit saya seperti Akira, Psycho Pass, Ghost in the Shell, The Matrix Trilogy, Ready Player One, Blade Runner 2049, Altered Carbon, dan lain sebagainya. Ternyata saya memang pencinta Cyberpunk dari dulu.
“I paint objects as I think them, not as I see them.”
Akira (1988). Katsuhiro Otomo.
Akira (1988). Katsuhiro Otomo.
Blade Runner 2049 (2017)
Blade Runner 2049 (2017).
Ghost in the Shell (2017)
Ghost in the Shell. Anime. (1995)
“Colors, like features, follow the changes of the emotions. ”
Apa itu Cyberpunk?
Menjelaskan cyberpunk cukup rumit karena cyberpunk sendiri adalah sebuah budaya (culture) dan sebuah aliran (genre). Intinya, Cyberpunk adalah sub-genre fiksi ilmiah yang menampilkan sains dan teknologi canggih pada masyarakat utban di masa depan distopia. Biasanya cerita berputar pada konflik antara perusahaan besar yang kuat dan pasukan keamanan swasta dimana mereka menguasai dunia gelap, perdagangan ilegal, geng, dan narkoba melawan protagonis yang anti-otoriter dan melek teknologi. Konflik tersebut diperumit dengan adanya politik, korupsi, dan pergolakan sosial.
Cyberpunk sendiri dimulai sebagai gerakan sastra. Istilah cyberpunk dapat ditelusuri ke cerpen ‘Cyberpunk’ oleh Bruce Bethke. Kemudian tentu saja, ada penulis inti cyberpunk yang secara umum diterima telah meletakkan dasar pergerakan cyberpunk seperti William Gibson (Gibson dianggap sebagai pendiri cyberpunk), Bruce Sterling, Pat Cadigan, Rudy Rucker, John Shirley dan Lewis Shiner.
Beberapa karya-karya fotografi bergenre cyberpunk yang saya sukai adalah seperti berikut:
Photo by Liam Wong (www.liamwong.com)
Photo by Masashi Wakui (Instagram)
Photo by Masashi Wakui (Instagram)
Konsep Baru, Semangat Baru
Tidak berpikir lama saya langsung memulai hunting di sekitar Jakarta pada malam hari sambil belajar menemukan teknik editing yang cocok untuk genre foto seperti ini. Berikut hasil-hasil yang saya dapat hunting di sekitar Jakarta.
Little Tokyo, Blok M Square. 2018.
Gelora Bung Karno. Senayan. 2018
Kebon Jeruk. 00:00. 2019
Pesanggrahan. 2019.
Jelambar. 2019.
Gelora Bung Karno. 2019.
Kebon Jeruk. 00:00. 2019
Menemukan Gaya Sendiri
Cyberpunk atau biasa disebut Neon Noir bisa dibilang adalah trigger sekaligus pijakan saya untuk menemukan gaya fotografi saya sendiri. Sekitar tahun 2007 - 2008, saya ‘diracuni’ teman saya memotret menggunakan kamera Lomography. Warna-warna Lomography yang ‘absurd’, light leaks, dan tentunya teknik multiple exposure cukup mempengaruhi saya sehingga saya akhirnya mencoba menggabungkan konsep cyberpunk ini dan multiple exposure.
Puas? Tentu belum, karena saya merasa ini masih tip of the iceberg. Masih banyak yang bisa dijelajahi. Saya sendiri tidak mampu mempelajari semuanya sekaligus, contohnya, karena saya sekarang sedang mempelajari warna dan teknik editing untuk konsep baru ini, saya merasa komposisi foto saya menjadi melemah, mungkin nanti jika saya sudah terbiasa dengan workflow baru ini, saya akan kembali belajar komposisi untuk memperkuat kembali. Yang pasti bagi saya, namanya belajar ya dinikmati saja dan pastinya tidak akan pernah selesai.
Gol saya adalah pada tengah tahun 2019, sekitar bulan Mei atau Juni, saya ingin menggelar secara kecil-kecilan eksibisi tunggal atau duet saya dengan fotografer lain di Leitstar HQ, sebuah art space di Jakarta Barat. Tentunya dengan konsep baru ini.
Demikian cerita-cerita di awal tahun, semoga saya bisa menulis terus secara rutin di hari-hari ke depan.
Terima kasih sudah membaca.
Wira Siahaan