Family Travel - Sehari di Singkawang

Kalau mau mengikuti 'kata badan' ya cuma satu kata, cape! Kemarin bangun pagi sekali, acara pernikahan sampe dengan pkl. 9 malam.  Teler.  Cuma jadi semangat karena membayangkan serunya berjalan ke Singkawang dan sunset di pantai.  Pak Yono supir yang membawa kami ke Singkawang sudah siap dibawah membawa kami ke rumah kakak saya dulu baru kami ke Singkawang.

Setelah bertamu dan ngobrol-ngobrol sekitar 1.5 jam di rumah kakak saya, kami pun berangkat menuju Singkawang.  Yes!!  Cuaca cerah.  Cerah = puanas! Perjalanan menuju Singkawang kira-kira memakan waktu sekitar 3.5 jam.  Banyak pemandangan bagus selama perjalanan dan Pak Yono seperti biasa mengeluarkan semua 'ilmu'nya selama perjalanan dengan cara menjelaskan nama daerah yang sedang kami lalui, hal-hal mistis yang pernah terjadi di perjalanan, sampai ke hal-hal trivial yang kurang penting pun diceritakan haha.  Lumayan sih jadi nambah tahu banyak dan jadi tidak ngantuk selama perjalanan.

Sedikit macet di Jembatan Landak karena jalan menyempit dan mengantri.  Tetapi setelah lewat langsung lancar.  Satu hal yang buat saya takjub selama perjalanan menuju Singkawang, hampir tidak ada jalanan yang bolong atau rusak.  Mulus.  Padahal itu jalur luar kota yang biasanya sering dilalui truk dan bis.


SUNGAI PINYUH


Fujifilm X-T1. XF 23mm.

1.5 jam setelah meninggalkan Pontianak kami pun tiba di Kecamatan Sungai Pinyuh.  Tempat ini cukup unik karena menjadi tempat persinggahan 3 jalur utama.  

Fujifilm X-T1. XF 23mm.

Tempat yang tepat untuk mencari makan siang.  O ya, bagi yang ingin mencari oleh-oleh juga bisa di tempat ini.  Terutama makanan ringan khas Singkawang banyak dijual di tempat ini.  Cari di Warung Kopi Aneka Rasa, mereka menjual banyak sekali pilihan oleh-oleh.  Untuk makan siang kami memilih rumah makan Asia karena variasi menunya dan terutama ada babi kecap :)

Setelah makan siang kami pun melanjutkan perjalanan menuju Singkawang.  Masih 2 jam lagi.  Sekitar pkl. 13.42 kami memasuki Kabupaten Mempawah dan melewati tikungan Kampung Benteng yang kata Pak Yono sering terjadi celaka makanya banyak supir pas di tikungan itu membunyikan klakson 2 kali, termasuk Pak Yono.  "Ya kalau gak percaya gak usah klakson kok pak", gitu katanya.  Lalu tidak lama kami melewati Pantai Mempawah di sebelah kiri.  Pantai ini adalah Ancolnya mempawah, ramai kalau sore.


SELAMAT DATANG DI KOTA SINGKAWANG


Memasuki perbatasan Singkawang mulai terlihat beberapa Klenteng / Vihara.  Bagi yang belum tahu, kota Singkawang ini terkenal dengan sebutan 'Kota 1000 Klenteng', saking banyaknya klenteng disini.  Setelah masuk Kota Singkawang kami pun langsung menuju Hotel Dangau yang terletak dekat sekali dari pintu masuk Kota Singkawang.

Tiba di Hotel Dangau, booking 2 kamar, kebetulan lagi discount, rate per kamar dengan King Size bed adalah Rp. 585.000,-.  Setelah masuk kamar, masukkan barang, istirahat 15 menit, pkl. 16.10 langsung berangkat lagi menuju Tanjung Bajau.  Tanjung Bajau ini terletak sekitar 30 menit sebelum Kota Singkawang, jadi kami harus menyusuri jalan kami lagi.  Tadinya kami ingin menginap di sekitar pantai, tapi setelah dipikir-pikir akan menyulitkan kalau jauh dari kota.  Tiba-tiba lapar, sakit, atau butuh sesuatu yang darurat akan merepotkan sehingga kami memutuskan menginap di kota saja.


Dalam perjalanan ke Tanjung Bajau cuaca mendung dan tidak lama gerimis.  Dalam hati mengumpat kesal, karena saya ingin sekali foto pantai pada saat sunset di Tanjung Bajau.  Tanjung Bajau juga memiliki banyak permainan anak-anak, apa jadinya kalau hujan, kasian Hugo gak bisa main.  Tapi yasudahlah, berdoa saja, semoga berhenti.  


TANJUNG BAJAU


Harga tiket terusan untuk Tanjung Bajau, Taman Ikan Dunia Air, Sinka Zoo, dan Rindu Alam dikenakan biaya Rp. 40.000,- / orang, tetapi kami hanya menggunakannya untuk ke Pantai Tanjung Bajau saja.  Setelah parkir Hugo langsung lari karena melihat patung monster besar-besar.  Takjub dia.  Saya pun berjalan-jalan menyusuri pantai mencari spot, untung fotografer landscapenya cuma saya, jadi gak rebutan spot hehe.  Hugo, istri saya, dan Dhani adik saya pun bermain di playground untuk anak-anak, main boom-boom car, bianglala, dll.  

Setelah mendapat spot saya menunggu kira-kira sejam sampai akhirnya matahari pun turun.  Arah dan waktu sesuai dengan aplikasi Photographers Ephemeris.  Bagi yang suka hunting sunrise dan sunset, aplikasi ini sangat berguna agar dapat memperkirakan arah dan waktu sunrise dan sunset.  Pengalaman sunset saya kali ini luar biasa, matahari bulat dan merah, turun malu-malu ke garis cakrawala.  Kaya ngerti aja saya fotografer amatir belajar foto sunset, jadi dia kasih waktu untuk saya foto :)  Di tengah lagi asik-asik moto sunset, ibu saya manggil, "Agus, mama mau dong di foto pas sunset gini"  Walah pikir saya, kalau saya foto ibu saya, gak jamin saya bisa mengembalikan sesuai komposisi saya di awal untuk foto sunset saya, tapi dilain hal yang minta ibu saya.  Family first :) Saya suruh ibu saya duduk di tempat yang saya tunjuk, saya foto beberapa foto sampai beliau puas, jarang-jarang lho ibu saya minta di fotoin hehehe.  Setelah puas, saya pun lanjut foto sunsetnya.  Everybody happy :)

Fujifilm X-T1. XF 14mm.

Fujifilm X-T1. XF 14mm. Lee Filters.

Fujifilm X-T1. XF 14mm. Lee Filters.

Lama saya menghadap pantai, mungkin sekitar 1.5 jam.  Setelah selesai saya pun menghadap ke belakang untuk mencari Hugo dan yang lain, tiba-tiba saya melihat pemandangan luar biasa di langit.  Pelangi.  Iya pelangi biasa, tapi pelanginya ada dua! Seumur hidup baru sekali ini saya lihat pelangi ada dua, langsung panjangin tripod lagi, cari posisi yang bagus, teringat akan patung kura-kura raksasa di pantai yang menghadap ke atas, saya pas-pasin sambil berdoa semoga pelanginya bertahan lama.  Untung sempat foto beberapa kali.  Lalu ibu saya dan yang lain tiba di tempat, saya suruh pose tanpa banyak tanya, setelah selesai foto baru saya kasih liat pelanginya.  Wah semua terkejut dan senang sekali. Sukses travel kali ini.

Fujifilm X-T1. XF 14mm. Lee Filters.

Lalu saya teringat akan umpatan saya selama perjalanan ke tempat ini karena gerimis.  Lain kali saya gak mau ekspektasi jelek mengenai apapun, gak ada hujan gak ada pelangi.  Dikasih bonus sama Tuhan.  :) 

Pkl. 18.30 kami meninggalkan Tanjung Bajau dengan perasaan bahagia dan LAPAR!  Baru terasa laparnya.  Kami pun menuju kota untung mencari makan malam.  Dengar-dengar kalau ke Singkawang mampir ke Pasar Hongkong, tapi pas sampe Pasar Hongkong belum pada buka, masih sepi.  Akhirnya kami pun memutar lagi melewati Masjid Raya dan Vihara Tri Dharma Bumi Raya.  Saya meminta melewati lokasi ini karena saya melihat Vihara ini unik sekali kalau malam.  Setelah tiba saya minta berhenti sebentar untuk foto Vihara.  Saya pribadi suka sekali hasilnya.  

Setelah itu kami melanjutkan mencari makan malam di Jl. Yos Sudarso, saya melihat rumah makan menyediakan Bubur Babi, langsung mampir dan memesan.  Bubur Babi A Jie ini cabang dari Bubur Babi A Jie yang di Pasar Turi, jadi kalau mau sarapan bubur ini bisa ke Pasar Turi.  Makan Bubur Babi tentunya kurang lengkap tanpa minum Es Susu Kedelai atau disini bilangnya Es Tahu.

Kenyang dan mengantuk, itu yang kami rasakan selama perjalanan pulang ke hotel.  Tiba di hotel langsung mandi.  Saya dan adik saya melanjutkan ngobrol-ngobrol di pinggir kolam renang sambil minum bir hingga akhirnya ngantuknya gak ketahan lagi.

Keesokan harinya kami bangun pagi karena Hugo dah dijanjikan berenang.  Kami berenang tidak lama karena masih harus sarapan dan melanjutkan wisata.  Kolam renang di hotel ini kurang bersih, saya menemukan beberapa puntung rokok di kolam, air pun agak keruh.  Papan luncurannya tidak licin, jadi tidak enak dipakai meluncur.  View kolam ini dari kejauhan cukup keren, seolah-olah kita berenang dibawah bukit.  Setelah mandi kami pun bergegas sarapan pagi.  Menu makan pagi cukup bervariasi dan rasanya pun enak. Kopi panas tentunya paling pas menemani pagi hari, ya kan?

iPhone 6

Setelah check-out pak Yono pun menjemput kami menuju Mimi Land.  Awalnya kami bingung antara mau ke Pasar Turi atau ke Mimi Land, tapi setelah dipikir-pikir lebih baik Mimi Land karena searah pulang ke Pontianak.   Perjalanan memakan waktu sekitar 40 menit menuju Mimi Land.


MIMI LAND


Memasuki areal Mimi Land, kami melihat Vihara yang cukup besar dan memutuskan untuk mengunjungi.  Kami menaiki tangga dan saya memanggil-manggil ke dalam untuk mencari penjaga, mau minta ijin lihat-lihat, tapi tak ada sambutan.  Karena tidak ada sambutan kami tetap berlaku sopan karena ini tempat ibadah.  Kami tidak masuk ke dalam gedung utama, tidak pegang apapun, hanya berfoto di depan gedung saja sambil lihat-lihat seputar Viharanya.  Setelah puas kami pun masuk ke Mimi Land.

Tiba di pantai yang cukup dipenuhi manusia karena weekend, kami pun kesulitan mencari parkir.  Setelah menemukan parkir kami berjalan-jalan menyusuri pantai sambil menemani Hugo bermain-main di playground anak.  

Pantai ini dikenal juga dengan Pantai Batu Payung.  Kami sendiri bingung Batu Payungnya dimana.  Bertanya sana/i kok gak ada yang tahu juga.  Dengar-dengar cerita sih katanya Batu Payungnya sudah hancur.  Hmm.  Aneh.  

Ombak tidak begitu besar, lumayan banyak orang berenang di pinggir pantai.  Permainan pun cukup banyak, flying fox pun ada.  Di kejauhan terlihat dua pulau kecil, katanya sih satunya itu Vihara, satu lagi itu penginapan.  Buset penginapan di tengah gitu? Mungkin yang nginap mau semedi haha

Saya sendiri memisahkan diri menyusuri hingga ke ujung pantai yang cukup banyak batu.  Lagi asyik foto tiba-tiba hujan pun turun, langit gelap gulita.  Yasudahlah pikir saya, saya sendiri kurang menikmati pantai ini.  Mirip sekali dengan Ancol pada saat weekend, terlalu ramai dan kotor sekali.  

Sambil berteduh minum es kelapa, ibu saya menunggu pesanan pisang gorengnya yang lama sekali baru datang, kami mendengarkan Live Music dangdut hehehe.  Setelah selesai semua, kami pergi menuju Pontianak.


SUNGAI PINYUH (LAGI)


Tiba kembali di Sungai Pinyuh, stop sebentar di warung kopi Aneka Rasa untuk membeli dodol durian untuk oleh-oleh.  Dodol Durian harganya berkisar Rp. 90.000,- s/d 130.000,- tergantung mereknya.  Setelah selesai berbelanja, kami melanjutkan perjalanan.

Saya sendiri kurang puas di Singkawang karena cuma sehari.  Suatu saat nanti pingin rasanya 2-3 hari menginap disitu dan menjelajahi Singkawang.  Yang pasti rindu saya terobati selama perjalanan ini.  Mungkin ini rasanya 'time travel' ya? Saat kita menyentuh tempat/kota/barang atau apapun yang berhubungan dengan masa lalu kita, seketika itu juga pikiran kita kembali melayang ke saat itu.  Rasanya menyenangkan.  Apalagi dilengkapi dengan cerita-cerita ibu saya selama kami disana, "Dulu tempat ini begini / begitu", "Dulu pas disini Agus masih kecil dan kita pergi sama om ini dan tante itu", dan masih banyak lagi.  Secara batin saya puas hehe

Terima kasih sudah membaca cerita saya ini, semoga berkesan dan membuat pembaca mau mengunjungi Pontianak dan Singkawang.  Bagi yang ingin membaca perjalanan selama di Pontianak bisa baca disini.

Sampai jumpa di perjalanan berikutnya :)

Wira Siahaan