Hari ini hari terakhir kami bisa berjalan-jalan karena besok pagi kami sudah harus kembali ke Jakarta. Jadi, kami berangkat cukup pagi agar bisa mengunjungi banyak tempat. Seperti yang sudah saya tulis di Part-5, kami memilih Yoo’s Family Hanok ini karena sangat dekat dengan tempat wisata yang bagus-bagus. Makadari itu tujuan pertama kami untuk hari ini adalah Changdeokgung, hanya sekitar 8 menit berjalan kaki, keluar gang hotel, menyebrang jalan dan langsung tiba di depan Changdeokgung Palace. Kami tidak masuk ke palace ini, hanya berfoto di depannya. Tidak ingin lama-lama disini karena ingin lebih banyak menghabiskan waktu menyusuri Bukchon Village yang terletak persis di sebelah Changdeokgung Palace ini.
CHANGDEOKGUNG PALACE
창덕궁
Berjalan sedikit dan belok kanan, kami pun tiba di salah satu dari sekian banyak jalan masuk menuju Bukchon Village. Bukchon Village ini berusia sudah lebih dari 200 tahun dan sangat baik dirawat oleh pemerintah Korea Selatan. Banyak hanok yang disewakan untuk menginap di Bukchon Village ini, dari yang murah sampai dengan yang bintang 5.
Tips mengunjungi Bukchon Hanok Village dan Hanok Village lain. Usahakan jangan terlalu ribut saat mengunjungi hanok village terutama pada saat pagi hari karena bagaimanapun ini adalah daerah hunian, banyak pemilih rumah atau wisatawan yang sedang beristirahat dan tidak ingin terganggu. Bawa plastik sampah kita sendiri karena tempat sampah jarang ditemui disini. Gunakan sepatu yang nyaman karena jalan di Bukchon Village ini banyak menanjak. Jangan takut tersesat disini, tinggal cari wanita yang berjaket merah atau orange, mereka adalah volunteer bagian informasi. Bahasa Inggrisnya bagus dan mereka memberikan tips tempat-tempat bagus untuk berfoto.
Kami sangat senang menyusuri Bukchon, rasanya kembali ke jaman kerajaan. Setiap gang berbeda ‘feel’nya, punya keunikan tersendiri. Tembok setiap rumah pun berbeda. Banyak coffee shop di Bukchon Village ini dan suasana disini sangat pas untuk ngobrol-ngobrol santai sambil menikmati kopi panas. Kami menyusuri Bukchon sambil mencari jalan agar tepat keluar di samping Gyeongbokgung Palace. Sambil kami menuju Gyeongbokgung Palace dan stop sebentar di Starbucks sini untuk membawakan oleh-oleh Starbucks Mug untuk kakak rohani saya di gereja dan kami pun terus berjalan menuju jalan Samcheong-ro.
BUKCHON HANOK VILLAGE
북촌한옥마을
Kami tiba di jalan utama sebelah Timur Gyeongbokgung Palace dan masuk entah di gedung apa untuk numpang toilet. Setelah itu kami pun menuju Gyeongbokgung Palace. Sebelum tiba di Gyeongbokgung Palace saya sempat mengambil foto Dong Sip Jagak, yaitu menara panah untuk penjaga yang ada di persimpangan jalan sebelah Tenggara Gyeongbokgung Palace. Menurut saya menarik sekali menara ini karena berdiri gagah dan harmonis dengan gedung-gedung modern di sekitarnya, seolah-olah terus menjaga walaupun saudara kembarnya di sebelah Barat-Daya sudah rata dengan tanah pada saat invasi Jepang. Sangat suka melihatnya terutama pada saat anak-anak sekolah menyeberang melewati menara ini. Great contrast.
GYEONGBOKGUNG PALACE
경복궁
Dan kami pun tiba di depan Gwang Hwamun Gate, besar! Manusia terlihat kecil sekali. Kami pun mengambil foto dulu di depan gerbang mumpung sepi. Tiba di depan gerbang utama pada saat kami inign berfoto dengan penjaga gerbang tiba-tiba dihalangi oleh petugas karena Guard Changing Ceremony akan dimulai. Lucky for us :) Kami pun menonton upacara pergantian petugas ini. Epic! Bagi penikmat sejarah dan budaya seperti saya melihat hal-hal semacam ini membuat saya semakin menghargai suatu negara.
Setelah selesai upacara pergantian penjaga ini kami pun bergegas ke depan untuk berfoto bersama penjaganya. Lucu, Hugo takut sama ‘om jenggot’ (karena Hugo tidak suka sama penjaganya, dia panggil ‘om jenggot’ hahahaha). Pada saat berfoto dia menangis, sampai banyak turis yang mengantri foto membantu kami menenangkan Hugo dari belakang, tidak berhasil. Hehe.
GWANGHWAMUN SQUARE
광화문광장
Setelah berfoto kami pun menyeberang menuju Gwanghwamun Square untuk melihat patung King Sejong, sang penemu Hangul. What a grand statue. King Sejong ini seorang pencinta ilmu pengetahuan. Dia merasa huruf Cina terlalu sulit untuk rakyatnya makadari itu Ia meneliti dan menemukan huruf Hangul yang menurut dia sangat mudah untuk rakyatnya. Dan terbukti mudah, istri saya tidak kursus, hanya belajar sendiri melalui google dan buku-buku bisa membaca Hangul dan percakapan dasar.
Setelah puas berfoto-foto di plaza kami segera menuju Insa dong. Menuju Insa dong cukup berjalan ke arah Timur dari Gwanghwamun Square. Berjalan lurus saja sampai menemukan Insa dong di sebelah kanan. Tetapi sebelum Insa-dong kami mampir dulu makan siang di sebuah restoran sebelum insa dong. Pemilik restoran ini adalah dua orang tua wanita yang baik sekali dan sangat senang sama Hugo. Sedikit-sedikit dia menghampiri Hugo melihat makannya sudah habis atau belum, terkadang dia cuma datang untuk membersihkan makanan Hugo yang jatuh ke bajunya dan kadang juga mencium pipi Hugo. Hihi. “Annyeooong”, kata Hugo terus menerus. Dan pada saat keluar restoran Hugo bilang, “Kamsahamnida” kepada mereka dan mereka sangat senang sambil melambai-lambaikan tangan dari kejauhan :)
INSA-DONG
인사동
Tiba di Insa-dong, saya segera menuju information center untuk meminta map Insa-dong. Kami berjalan masuk ke dalam dan stop di beberapa toko souvenir untuk membelikan oleh-oleh untuk saudara kami di Jakarta.
Tips mengunjungi Insa-dong. Disini adalah surga belanja untuk barang-barang tradisional Korea Selatan. Hati-hati dalam berbelanja, tidak semua murah disini. Pemilik Yoo’s Hotel berpesan kepada kami agar menanyakan dulu harga barang disitu apabila barang yang kita inginkan tidak mempunyai price tag. Ada beberapa yang toko yang bisa ditawar dan ada juga yang tidak bisa. Siap-siap untuk mencicipi street food juga disini dan bagi yang membawa anak-anak Turkish Ice Cream pasti menggoda, terutama dengan cara dia menawarkan.
Kami segera menuju Zzamsiegil untuk melihat-lihat sekaligus Hugo ganti pampers. Mall ini unik sekali, seolah-olah didedikasikan untuk seni. Dari atas sampai bawah semua toko menarik, untungnya budget belanja memang kami save untuk hari terakhir ini. O iya, menuju ke atas tidak ada tangga, hanya jalan berputar mengelilingi mall dari bawah sampai dengan atas. Bagi yang ingin merasakan pengalaman memakai Hanbok, ada studio foto di lantai paling atas untuk berfoto menggunakan Hanbok. Bagi penggila Designer’s Toys, di lantai paling bawah ada toko yang menjual mainan-mainan unik dari pengrajin mainan, baik itu Vinyl maupun Wooden Toys. Disini saya hanya membeli sekantung kecil Poop Cake dan kami pun keluar tanpa belanja apa-apa dulu, nanti kembali lagi.
Menyusuri jalan Insa-dong ini sangat menyenangkan, banyak turis-turis dari berbagai negara dan ada beberapa musisi jalanan yang bermain musik sayup-sayup. Enak sekali. Menyusuri jalan utama lagi kami menemukan toko Hanbok di sebelah kiri, masuk dan bertanya-tanya soal Hanbok dan menunjuk satu hanbok yang diinginkan istri saya. Respon pemilik toko mengejutkan kami, “no no it’s expensive”, katanya. Kami tersinggung dan langsung keluar toko tanpa basa/i. Sombongnya minta ampun. Kami berjalan lagi dan menemukan stand di ujung jalan Insa-dong ini yang menjual dompet-dompet wanita handmade yang menurut kami sangat bagus. Kami pun membelikan satu untuk sahabat kami dan kakak ipar saya di Jakarta.
Sambil menunggu istri saya memilih-memilih dompet ada seorang ibu-ibu dengan dandadan cukup nyentrik, topi coklat lebar, jaket coklat, sepatu boot, dan kalung serta gelang yang banyak berbicara kepada saya. Dia pun menunggu temannya yang sedang berbelanja di tempat yang sama dengan kami. Hugo seperti biasa, “Annyeonggg” katanya kepada ibu-ibu tersebut dan ibu-ibu tersebut tersenyum. Tiba-tiba dia mengelus kepala Hugo dan melihat ke belakang kepala Hugo untuk melihat ulir rambutnya Hugo dan dia bilang, “good good, is this your son?”, tanyanya. Saya bilang, “Yes”. Dia lalu berkata, “Good fortune”. Percaya tidak percaya, tetapi saya pun tetap mengucapkan terima kasih :) Lalu Mita pun menghampiri saya untuk bertanya suatu model dompet yang dia pilih dan ibu-ibu tersebut pun bertanya, “your wife?”. “Yes, my wife”, jawab saya. “Where are you from?” tanyanya. Saya jawab dari Indonesia. Lalu dia bertanya, “Your wife is korean?” Saya tertawa dan bilang tidak, Indonesia juga. Dia pun tertawa dan berkata, “Gosh, she looks like koreans” Ada-ada saja deh bu hehehe, sambil mengucapkan “Annyeonghaseo” kami pun berpisah untuk berjalan lagi.
Kami menemukan sebuah toko Hanbok lagi dan kali ini pemiliknya sudah cukup tua dan ramah sekali. Mita pun masuk untuk mencoba-coba Hanbok karena dia memang sudah kepingin Hanbok tapi yang jenis Hangeul, yaitu Hanbok modern yang bisa digunakan sehari-hari. Sambil menunggu Mita mencoba-coba, Tantia pergi berkeliling mencari dasi untuk mertua saya dan saya menunggu di depan toko bersama Hugo. Sepertinya kami salah duduk karena tepat di depan saya adalah toko Turkish Ice Cream. Apabila anda melihat cara mereka menawarkan ice cream ini, tidak heran anak kecil pasti minta dibelikan ice cream ini dan Hugo pun jadi korban. Dia minta-minta terus tapi tidak saya berikan karena kalau dibelikan ini ice cream nya yang ketiga hari ini. Saya kasih pengertian dia pun mengerti. Di depan Hugo berdiri seorang opa-opa pemilik toko baju di sebelah Toko Turkish Ice Cream ini, Hugo melihat-lihat dia dan dia tersebut sambil melambaikan tangan. Hugo berkata, “Annyeonggg” ke opa-opa tersebut dan opa-opa tersebut tertawa dan menghampiri saya serta merebut stroller Hugo dari tangan saya dan membawa Hugo ke depan Turkish Ice Cream ini sambil memesan satu untuk Hugo. Bah saya pikir, Hugo ini bisa menggoda orang tua. Dapatlah dia ice cream gratis ini. Sampai detik ini di Jakarta kalau kita tanya sama Hugo kalau sudah besar mau jadi apa, dia pasti menjawab mau ke Korea biar dapat es krim gratis. ==! Thank you kind sir :)
Tidak lama setelah membeli Hanbok Mita pun keluar dari toko tersebut dan dia bertanya itu es krim darimana dan saya ceritakan, dia pun tertawa :) Kami berjalan lagi dan menemukan toko batu mulia dan membelikan Tulang saya (om saya) sebuah batu Amethyst untuk oleh-oleh. Tinggal dua oleh-oleh yang belum kami temukan, yaitu untuk adik laki-laki saya yang berulang tahun dan dasi untuk mertua laki-laki saya. Kami pun masuk kembali ke Zzamsiegil mall karena saya teringat ada penjual dasi dengan lukisan tangan di dalam dan betul sekali, lukisannya bagus dan kami pun membelinya. Di dekat tangga menuju basement kami menemukan sebuah toko yang menjual buku dengan kulit yang dijahit tangan, saya pikir ini pas sekali untuk adik laki-laki saya, tapi kami tunggu setengah jam toko nya tidak buka-buka, entah kemana penjualnya. Kami pun bosan menunggu dan memutuskan untuk keluar mall dan menuju hotel. Eh tepat sebelum jalan keluar kami menemukan toko cap khas korea, saya pikir ini pas sekali untuk Dhani, yasudah saya pun memesan cap tersebut dan dibuat ditempat dengan nama adik saya. O iya, apabila membeli jangan lupa ya beli tintanya, susah cari tintanya di Jakarta.
Satu hal yang kami lupa yaitu Hugo belum menemukan mainan Tobotnya dan dia pun menanyakan terus menerus. Kami sudah mencari dimana-mana tapi tidak menemukan Tobot yang asli, kebanyak yang palsu dijual. Satu-satunya tempat untuk mencari yang asli adalah di Toys 'R Us di Lotte World Jamsil Station, kami pun memutuskan menuju Jamsil untuk mencari mainan Hugo dan sekalian lihat-lihat. Tetapi sebelum menuju kesana kami kembali dulu ke Hotel untuk menaruh belanjaan yang cukup banyak. Sambil makan tteobokki kami berjalan kaki menuju Hotel, perjalanan memakan waktu sekitar 15 menit berjalan kaki sambil menikmati pemandangan Seoul di sore hari.
Tidak lama kami habiskan waktu di hotel, meregangkan kaki sebentar lalu menuju Jongno 3 (sam)-ga station untuk menuju Jamsil. Menuju Jamsil menggunakan Line No. 5 (Warna ungu) dari Jongno 3 (Sam)-ga menuju Eujiro 4 (sa)-ga, turun di Dongdaemun History & Culture Park Station untuk ganti kereta. Dari stasiun ini naik subway Line No. 2 (Warna hijau) menuju ke Sindang Station dan turun di Jamsil Station.
LOTTE DEPARTMENT STORE (JAMSIL)
롯데백화점 (잠실점)
Tiba di mall raksasa ini, saya berpisah dengan Mita dan Tantia yang menuju ke Duty Free Shop dan saya menuju ke toko Toys 'R Us di lantai dasar untuk mencari Tobot. Toko mainan disini tidak terlalu besar karena industri mainan mereka belum se ‘gila’ Jepang. Mainan yang dijual pun kebanyakan mainan Jepang seperti Gundam, Tomica, dan Bandai serta boardgame-boardgame keluaran Amerika dan Eropa yang dijual versi bahasa Korea. Setelah membeli tobot yang berukuran sedang 2 buah saya pun menuju keluar untuk bertemu Mita dan Tantia. Lalu kami semua menuju ke Lotte Mart untuk membeli cokelat.
Tips mengunjungi Lotte Mart. Pada saat di kasir jangan lupa beli plastik belanja seharga 1.000 KRW karena mereka tidak menyediakan plastik. Korea Selatan ini termasuk negara yang meminimalisir penggunaan plastik. Lotte Mart ini adalah salah satu tempat yang melayani Tax Refund, jadi jangan lupa langsung urus ke bagian Tax Refund.
Selesai belanja kami pun pulang menuju Hotel. Lelah tapi menyenangkan hari ini. Ini malam terakhir kami di Seoul dan kami pun harus packing karena keesokan hari kami harus bangun pukul. 04.00 lokal.
Selesai sudah perjalanan kami hari ini. Sampai jumpa di Part-9. Menuju Incheon Airport, Goodbye Seoul!
Wira Siahaan