South Korea - A Family Adventure (Part-7. Nami Island & Arirang Shop)

Hari ini rencana ke Namiseom Island atau sering disebut Nami Island, dimana tempat ini menjadi terkenal karena film Winter Sonata.  Sebenarnya menurut blog-blog yang saya baca, mengunjungi pulau ini yang paling iconic adalah pada saat musim dingin (sesuai di film), tapi yasudahlah, penasaran juga sih seperti apa pulaunya.

Sama seperti Everland, banyak tur yang menyediakan jasa untuk dapat pergi ke Nami Island ini.  Rata-rata berangkat pkl. 09.00 pulang pkl. 15.00 dengan biaya sekitar 35 - 55 USD / orang dengan bermacam-macam tawaran isi paket.  Tapi kami sendiri ingin berangkat lebih pagi karena kami mengejar waktu ingin pergi ke Banpo Bridge setelah dari Nami.  Jadi kami memutuskan untuk berangkat sendiri.  Kami juga memutuskan untuk tidak mengunjungi Petite France, sedih sih, cuma kami masih ingin melihat-lihat kota Seoul lebih lama.

Bagi yang ingin mengunjungi Nami dan Petite France sekaligus tapi tidak ingin ada tour guide ngikutin kita terus dan waktu yang cukup flexibel bisa coba lihat paket Nami & Petite France ini

Untuk berangkat sendiri menuju Nami yang paling cepat adalah menggunakan ITX (Intercity Train Express), sebuah kereta cepat antar kota.  ITX adalah kereta tercepat kedua setelah KTX (Korea Train Express).  

Untuk menaiki ITX hanya ada 2 stasiun di Seoul yaitu Cheongnyangni Station dan Yongsan Station.


Berikut urutan cara memesan tiket ITX secara online:

  1. Buka website korail dan pilih bahasa Inggris.

  2. Klik Button ‘Go” (tombol bundar) Korail Pass Reservation di bagian kanan tengah.

  3. Pilih menu ‘Rail Tickets’ lalu klik ‘Booking Online’.

  4. Di menu berikut pilih:

    • Travel Category: Normal Type

    • Travel Type: Direct

    • Departure Time: <Pilih sesuai keinginan>

    • Departure/Arrival: Cheongnyangni/Gapyeong

    • Train: ITX-Cheongchun

    • Passengers: <Pilih sesuai keinginan>

    • Setelah selesai Klik ‘Inquiry’

  5. Terdapat dua buah tabel, bagian atas untuk keberangkatan dari Cheongnyangni Station dan bagian bawah dari Yongsan Station. Pilih waktu yang diinginkan dengan klik ‘Select’ (warna biru).

  6. Isi data sesuai dengan Passport lalu klik Next.

  7. Setelah semua selesai diisi akan muncul Booking Confirmation beserta total yang harus dibayar dan pilih metode pembayaran (harus dengan Credit Card).

  8. Cetak Booking Confirmation dan bawa beserta passport anda ke stasiun keberangkatan anda (Cheongnyangni / Yongsan) dan tukarkan dengan tiket asli di loket khusus ITX di lantai paling bawah. Cukup panjang antrian pada saat kami akan menukarkan jadi pastikan anda datang tidak terlambat.

(sumber: Budget Travel 2 Korea)

Perjalanan dari Cheongnyangni Station ke Gapyeong Station memakan waktu kira-kira 40 menit saja.



Penting untuk diingat:

  1. Ini hanya tiket untuk pergi, untuk pulangnya anda harus booking ulang lagi dari awal. Untuk pulangnya kami booking stasiun akhirnya di Yongsan, karena lebih dekat untuk menuju Banpo Bridge.

  2. Booking tiket pergi dan pulang minimum satu hari sebelumnya.


trazy.com

Untuk menaiki ITX via Cheongnyangni Station:

  1. Jongno 3 (sam)-ga Station. Naik line No. 1 (warna biru) menuju Dongdaemun turun di Cheongnyangni. Biaya kira-kira 1.150 KRW (dewasa) dan gratis untuk anak-anak dibawah 3 tahun.

  2. Ikuti papan penunjuk yang mengarahkan menuju ITX Station. Jika ragu tanya petugas stasiun.


Kereta ITX ini berbeda dari kereta Subway pada umumnya.  Ada gerbong khusus untuk menempatkan sepeda apabila anda membawa sepeda, ada gerbong khusus untuk berdiri, dan ada juga penjual makanan minuman dengan trolley.  Kursi seperti kursi pesawat dan bisa dibalik jadi apabila duduk berempat bisa saling berhadap-hadapan  (sialnya kami mengetahui bahwa kursi ini bisa dibalik pada saat sudah tiba haha).  

Setelah tiba di Gapyeong Station kami pun langsung mencari taxi yang rata-rata sudah tahu bahwa hampir semua turis pasti ke Nami Island.  Biaya taxi kira-kira 3.000 KRW untuk sampai ke Gapyeong Wharf.  Banyak lho tempat wisata di sekitar sini selain Nami Island, ada Petite France, dan juga ada Morning Calm, cuma kami memilih Nami Island karena katanya banyak permainan untuk Hugo di sana.

Tiba di Gapyeong Wharf, seperti yang sudah kami ketahui sebelumnya, ada dua cara untuk menuju Nami Island, pertama adalah menggunakan Ferry, yang kedua adalah menggunakan Flying Fox yang tentunya tidak akan saya pilih hahaha.  Kami segera mengantri di loket tiket.  Harga Entry Visa Nami adalah 8.000 KRW / dewasa dan gratis untuk anak-anak dibawah 36 bulan.

Ferry datang setiap 15 menit jadi kami tidak perlu menunggu lama di tempat menunggu.  Kami pun masuk ke Ferry dan segera menuju Nami Island.  Perjalanan cukup singkat, hanya 15 menit kami pun tiba di Nami Island.


NAMISEOM ISLAND
남이섬 종합휴양지


Tiba di pintu masuk Nami setelah berfoto-foto di depan, kami melihat ada 3 buah jalan, ke kiri dan ke kanan (keduanya menyusuri pinggir pantai), serta lurus langsung ke tengah pulau.  Kami pun memutuskan untuk lurus saja, karena kebanyakan orang ke kiri / kanan dan hal pertama yang dilihat Hugo adalah es krim.  Yasudah dia pun makan es krim yang cuma sebentar dia makan dan tiba-tiba dia tertidur, wajar sih, emang jam tidur dia jam segini.

Kami berjalan menyusuri jajaran Pine Tree yang ternyata ramai manusia (damn!) mau foto susahnya minta ampun.  Jalanan di Nami Island ini pasir semua dengan batu-batu kerikil jadi lumayan berdebu apabila banyak orang yang berlari-lari.  Di samping kiri ada taman-taman, rel kereta UNICEF, dan di kanan ada hutan maple.  Kami memutuskan untuk minggir ke kanan sedikit karena di tengah cukup berdebu.  Berfoto-foto sebentar di hutan-hutan lalu kami berjalan lurus ke tengah pulau.  O iya di pulau ini banyak tupai lho berkeliaran dan semua tupai disini sepertinya sudah terbiasa sama manusia jadi tinggal berikan kacang pasti datang :) 

Setelah tidur singkat (20 menit), Hugo pun terbangun dan rasa lapar pun menyerang.  Kami pun membuka peta Nami untuk mencari restoran.  Kami makan di Nammoon Korean Restaurant dan entah kenapa isinya orang Indonesia semua.  Biaya makan kami berempat adalah sekitar 30.000 KRW.  Setelah makan sementara Hugo ganti pampers di nursery room, saya mencari smoking area sebentar, susah sekali mencari smoking area disini, tapi saya menemukan satu di belakang restoran.   O iya, bagi yang membawa bayi tidak usah takut di Korea Selatan ini, banyak sekali Nursery Room di berbagai tempat, bahkan saya melihat di toilet pria pun ada papan lipat di dinding yang bisa diturunkan untuk mengganti popok.  Kids friendly country. :) 

Setelah kenyang Hugo melihat dari kejauhan bahwa ada papan perosotan dan merengek minta main di sana, kita tawarkan naik kereta UNICEF dia tidak mau, mobil-mobilan tidak mau, aneh juga padahal biasanya mau.  Akhirnya kami menunggu dia bermain perosotan di Unchi Garden bersama banyak anak kecil disitu.  Ternyata kita sendiri pun baru tahu, bahwa di atas kereta api dia ternyata lebih suka outdoor activities seperti lari-larian di lapangan luas, kotor-kotoran di taman, apapun yang bersifat outdoor.  Cukup lama dia bermain disini dan setelah lelah dia minta es krim (lagi).  Setelah menghabiskan es krim nya yang kedua kami berjalan lagi lurus ke depan dan menemukan persimpangan dimana ada foto Winter Sonata besar.  Sambil mengantri untuk mengambil foto istri dan ipar saya di tempat itu saya berbincang bersama ibu-ibu di sebelah saya yang juga berasal dari Jakarta, rasanya senang bertemu teman se Tanah Air di negara orang :)  Setelah berfoto kami berjalan lurus untuk berfoto di Ginkgo Tree Lane yang botak tidak ada daunnya sama sekali.

April 2015

trazy.com

Jujur saja kami semua (kecuali Hugo) merasa bosan di pulau ini, tidak ada yang menarik, mungkin salah musim.  Kami pun memutuskan untuk pulang lebih awal tetapi masalahnya adalah tiket pulang kami sudah di bayar untuk pkl. 16.00, saya pun mencari tempat dimana saya bisa menggunakan komputer.  Ada satu tempat yaitu di Happy Garden Business Center ada PC yang bisa digunakan.  Sementara Hugo bermain-main saya pergi ke tempat tersebut untuk cari info mengenai reschedule ITX dan tidak menemukan apa-apa.  Akhirnya kami pun memutuskan kembali saja ke Gapyeong Station dulu dan bertanya ke petugas ITX di sana.

Tapi masalahnya Hugo belum mau diajak pergi karena lagi asik bermain-main outdoor di sekitar patung Sujaewon (kata Hugo patung Ompung Doli), dalam bahasa Batak Ompung Doli berarti Kakek.  Dia menyuruh mamanya dan tantenya berpose seperti patung tersebut dan berfoto.  Lucu sekali.  Lalu dia berlari ke seberang patung (Changpyeongwon Garden) dan lompat-lompat di atas batu-batu pendek sambil teriak, “Papa lihat, Hugo loncat niii”  Damn, I’m a proud Daddy! :) Akhirnya setelah puas dia pun mau diajak pergi.

Sebelum naik taxi menuju ke Gapyeong Station, mampir dulu di GS-25 dan top-up T-Money lagi.  Biaya taxi kami sama seperti saat menuju ke sini yaitu 3.000 KRW.  Tiba di Gapyeong Station kami mengetuk pintu petugas ITX di sebelah kanan pintu masuk, sebelah 7-Eleven.  Petugas pun keluar dan untungnya mereka cukup mengerti bahasa Inggris.  Awalnya kami ragu apa boleh menukar tiket yang sudah dibeli dan pindah jadwal, tetapi ternyata boleh, wah lega.  Tapi risikonya adalah, saya terpisah tempat duduk dari istri dan anak saya, yasudah tidak apa-apa.  O iya, selain reschedule kami pun merubah tempat perhentian yang semula stop di Yongsan sekarang pindah stop di Cheongnyangni karena lebih dekat untuk menuju Dongdaemun (Banpo Bridge kami batalkan).  Their customer service is super great.  Setelah menunggu selama 20 menit kereta ITX pun tiba.


Tips menaiki ITX.  Di setiap kereta ITX ada nomor kereta dan nomor gerbong (car number), sesuaikan dengan tiket anda sebelum anda memasuki kereta.  Lalu, menunggulah di tempat yang sesuai dengan nomor gerbong anda agar semakin cepat anda memasuki gerbong.  Bagi yang membawa anak kecil berhati-hatilah menunggu ITX karena tempat menunggunya berbeda dengan tempat menunggu subway yang ada pembatas kaca.  Tempat menunggu ITX tidak memiliki pembatas kaca, hanya pembatas besi yang berbahaya untuk anak-anak.  Selama menunggu ITX Hugo kami ikat di stroller.


Setelah tiba di Cheongnyangni station kami segera menaiki subway line No. 1 (warna biru) yang menuju ke Jegi-dong/Singseoldong dan turun di Dongdaemun.

Setelah tiba di Dongdaemun kami ingin segera menuju ke Doota Mall, dimana di Doota Mall ini ada sebuah toko bernama Arirang Shop yang cukup lengkap untuk berbelanja oleh-oleh untuk keluarga.  Cukup besar stasiun ini, jangan salah pintu keluar karena akan menyebabkan anda berjalan cukup jauh.  Untuk menuju Doota Mall, keluarlah dari Exit No. 8 dan berjalan sekitar 100 m anda akan menemukan Doota Mall dan Pyoung Hwa Clothing Market.  Mall ini cukup unik karena hari Minggu s/d Kamis buka dari pkl. 10.30 s/d 00.00 dan khusus hari Jum’at s/d Sabtu buka pkl. 10.30 s/d pkl. 05.00 pagi. 


DOOTA
두산타워


Kami pun langsung memasuki Doota Mall dan naik lift menuju lantai 6.  Keluar lift berjalan agak ke kanan dan anda akan menemukan Arirang Shop dan disambut oleh laki-laki berkacamata yang sangat ramah dan fasih berbahasa Inggris.  Dia menanyakan mau beli oleh-oleh untuk siapa dan langsung memberikan saran.  Lalu dia menanyakan dari mana? saya bilang dari Indonesia.  Tiba-tiba dia berteriak dengan bahasa korea memanggil seseorang dan ibu-ibu datang dengan bahasa Indonesia, ternyata orang Indonesia yang bekerja disitu hehe.  Jadi semakin enak berbelanja.  Kami beli beberapa macam oleh-oleh untuk keluarga di rumah dan untuk keponakan-keponakan.  Bagus-bagus sekali barang disini dan cukup murah.  Lalu datang penjaga pria yang lain dan tiba-tiba berbahasa jawa, “Jowo ndi mas?”, trus saya jawab, “lha, wong jowo toh mas? asli mana?”, trus dia jawab, “aku korea asli mas”, buset ternyata orang korea asli bisa bahasa Jawa, Inggris, Mandarin, dan Indonesia.  Sadis dah haha.

Cukup lama kami berbelanja di Arirang karena cukup banyak pilihan yang menggoda.  Karena Hugo sudah bosan kami pun segera menyelesaikan belanja dan keluar Mall untuk cari makan malam.  Ternyata sampai di bawah hujan deras sekali.  Kami pun menunggu sebentar sampai hujan agak reda baru kami keluar.  Kami melihat mall disini cukup aneh, banyak pejalan kaki masuk mall untuk berteduh dengan kondisi basah kuyup dan petugas hanya mengepel terus sampai kering.


Tips masuk mall / kantor di Korea Selatan.  Apabila anda memasuki mall dengan kondisi hujan dan anda membawa payung, pastikan anda melihat di sebelah kanan/kiri pintu masuk ada alat untuk membungkus payung anda dengan plastik.  Masukkan payung anda secara vertikal dengan gagang di atas dan secara otomatis payung anda terbungkus plastik siap dibawa masuk.  Lepaskan juga jas hujan anda sebelum masuk dan kibas-kibas di luar apabila memungkinkan atau di ruangan penghubung sebelum masuk.  


Hujan pun reda kami segera keluar tapi mampir sebentar di Pyoung Hwa Market untuk mencari tas ransel untuk adik ipar saya di Jakarta.  Setelah keluar dari Pyoung Hwa Market kembali hujan menerpa cukup deras kami pun bergegas berlari menuju tangga subway untuk segera pulang.  Dari Dongdaemun Station kami mengambil subway line No. 1 (warna biru) yang menuju Jongno 5 (o)-ga station dan turun di Jongno 3 (sam)-ga station.  Biaya kira-kira 1.150 KRW untuk orang dewasa dan gratis untuk anak-anak dibawah 3 tahun.

Anehnya pada saat kami turun kami mungkin agak melamun karena lelah sehingga kami mengambil exit yang salah.  Setelah melihat peta baru kami tahu bahwa Jongno 3 (sam)-ga station ini berbentuk tanda tambah dimana yang vertikal adalah stasiun berwarna orange dan yang horisontal adalah stasiun berwarna biru.  Biasanya kami masuk dan keluar dari exit No. 7 (stasiun warna orange yang terdekat dengan tempat kami menginap), sedangkan kami sekarang keluar dari exit No. 15 (stasiun warna biru), bedanya 2 blok, jadi cukup jauh.  


Tips menyusuri subway station di Korea Selatan.  Hafalkan dari exit mana anda biasa masuk agar tidak bingung apabila anda turun dari line subway yang tidak biasanya anda lewati.  Jangan stress atau panik dulu sehingga menjadi kapok menggunakan subway, dalam waktu singkat pasti terbiasa kok.  Suatu hari anda ke Shinjuku Station di Tokyo, disanalah waktu yang tepat untuk anda stress dan panik :p 


Pada saat kami keluar langsung kami kebingungan kami sekarang berada dimana.  Karena badan sudah sangat lelah dan mengantuk, melihat map pun jadi kurang konsentrasi, salah terus.  Akhirnya kami pun berhenti di persimpangan besar dan mencoba tenang dulu sambil mengamati peta.  Tiba-tiba datanglah seorang bapak-bapak berwajah galak dengan rokok terselip di mulutnya.  Dia awalnya memanggil kami datang menghampiri dia tapi karena kami tidak mengerti dia ngomong apa dia pun menghampiri kami.  Ternyata dia cuma ingin menolong karena kami terlihat bingung.  Saya menunjuk ke peta bahwa kami ingin ke arah “Jongmyo Shrine” dan seperti yang sudah saya duga, dia pun tidak tahu arah, khas!  Dia pun memanggil temannya yang berdiri di sekitar situ, barulah masalah terpecahkan, temannya menunjukkan arah kemana kami harus berjalan kaki.  Terima kasih bapak-bapak yang baik :)


Tips berkomunikasi di Korea Selatan.  Jangan terintimidasi dengan volume bicara orang Korea Selatan yang cukup keras dan aksennya yang kesannya membentak-bentak.  Itu cuma di mulut saja, mereka semuanya baik sekali.  Ya mirip orang Batak lah (muji diri :p).  Kemanapun kita merasa harus bertanya, ya tanya saja, mereka dengan senang hati akan menolong.  Tetapi sabar-sabar saja ya kalau menanyakan arah atau nama tempat, hampir semua mereka sering bingung arah, bahkan melihat GPS pun sering salah.  :)


Setelah tiba di hotel saya kembali keluar untuk membeli makan malam di 7-Eleven karena yang lain sudah cukup lelah tidak kuat untuk berjalan lagi.  Sambil membeli makanan saya pun menyempatkan foto malam sekali di sekitar hotel.

Hari yang cukup melelahkan bagi kami terutama karena hujan yang sedikit 'merusak' mood dan flow perjalanan hari ini.

Hari ke-3 di Seoul pun berakhir dengan banyak pengalaman menarik.  Sampai jumpa di Part-8. Changdeokgung Palace,  Bukchon Village, Gyeongbokgung Palace, & Insa dong :)

Wira Siahaan