Setelah lelah seharian beraktivitas di luar rumah, mulai dari menghadiri pernikahan sahabat kami Simhot Sihotang & Debora Sitorus di Gereja HKBP Petojo pukul 9 pagi, lanjut jalan-jalan ke Central Park cari kado ultah untuk beberapa anak teman kami yang berulang tahun, pulang ke rumah, masih lanjut bermain-main hingga larut malam.




Senangnya kami melihat anak-anak kami, Joshua & Noah Sihotang, anak dari kakak ipar saya, dan Hugo anak kami. Sejujurnya seperti mimpi semua ini akhirnya kami bisa alami, saya dan ayah dari Joshua & Noah bersahabat lebih dari 10 tahun. Kami melayani bersama di gereja kami, sama-sama memiliki impian di bidang seni, walaupun Winston (ayah Joshua & Noah) adalah seorang atlit basket. Jangankah memikirkan menikah, untuk orang seperti kami, kami berpikir dapat penghasilan saja sudah bagus. Tapi Tuhan memang baik, banyak sekali kesulitan kami alami, tapi berkat campur tangan Tuhan semua bisa teratasi.
Winston akhirnya menikah duluan, saya menyusul kemudian. Sekarang kami lihat hidup kami, betapa kami tidak bersyukur kepada Tuhan, kami diberi pekerjaan, diberikan pendamping hidup yang kuat dan lembut sekaligus, diberikan keturunan, dan sekarang mereka tertidur lelah di hadapan kami. Kami semua cuma bisa tertawa, foto ini jika mereka lihat nanti pada saat mereka dewasa, pasti lucu. Tidurlah anak-anak kami, setelah lelah kalian bermain.
Kami sebagai orang tua, memiliki harapan dan doa terhadap anak kami:
A Father Prayer
==========
Build me a son, O Lord, who will be strong enough to know when he is weak, and brave enough to face himself when he is afraid; one who will be proud and unbending in honest defeat, and humble and gentle in victory.
Build me a son whose wishbone will not be where his backbone should be; a son who will know Thee….Lead him, I pray, not in the path of ease and comfort, but under the stress and spur of difficulties and challenge. Here let him learn to stand up in the storm; here let him learn compassion for those who fail.
Build me a son whose heart will be clean, whose goal will be high; a son who will master himself before he seeks to master other men; one who will learn to laugh, yet never forget how to weep; one who will reach into the future, yet never forget the past.
And after all these things are his, add, I pray, enough of a sense of humor, so that he may always be serious, yet never take himself too seriously. Give him humility, so that he may always remember the simplicity of greatness, the open mind of true wisdom, the meekness of true strength.
Then I, his father, will dare to whisper, “I have not lived in vain.”
(General Douglas MacArthur)
Kiranya doa ini akan mereka baca nanti dan mereka wariskan ke anak-anak mereka, cucu-cucu kami.
Sukacita kami melimpah, kasih dan karunia Tuhan benar-benar cukup bagi kami.