Pertama kali melihat X-Pro3 saya langsung menyukai tampilannya yang retro dengan sub monitor di belakang. Hidden LCD yang jadi perdebatan hangat di jagad maya juga menarik perhatian saya, karena saya pribadi penasaran akan sesuatu yang tidak mainstream. Ketimbang menerka-nerka, saya lebih ingin mencoba terlebih dahulu. Terima kasih kepada PT. Fujifilm Indonesia yang meminjamkan kamera ini sehingga saya bisa memberikan pendapat saya mengenai kamera ini.
X-Pro3 | XF 23/1.4 | Classic Negative | White Balance shift
DISCLAIMER:
Review ini tidak berbayar, pendapat saya murni berdasarkan hasil mencoba secara intensif selama 12 hari. Saya tidak menerima pembayaran dalam bentuk apapun untuk menuliskan review ini.
DESAIN
X-Pro3 akan ditawarkan ke pasar dengan 3 versi desain, yaitu DuraSilver, DuraBlack, dan Black. Rangka kamera terbuat dari magnesium, sedangkan top cover dan base plate terbuat dari titanium. DuraSilver dan DuraBlack akan memiliki coating spesial tambahan yaitu Duratectโข, yang membuat kamera akan menjadi lebih kuat dan tahan karat serta gores. Saya sendiri tertarik dengan DuraSilver yang sangat retro penampilannya. Kamera yang saya gunakan untuk review adalah versi Black.
Tampilan muka dari X-Pro3.
SENSOR
Sensor yang digunakan X-Pro3 adalah sensor yang sama dengan X-T3 yaitu X-Trans generasi ke-4 APSC BSI 26.1MP. Selain autofokus yang cepat, X-Pro3 memiliki toleransi AF -6 EV yang baik, membuat X-Pro3 sangat tepat dan cepat mencari fokus dalam kondisi yang hampir gelap gulita. X-Pro3 juga memiliki base ISO lebih rendah dibandingkan dengan X-Pro2. X-Pro2 memiliki base ISO 200, X-Pro3 base ISO 160.
X-Pro3 | XF 23/1.4 | Classic Negative | White Balance shift | Autofokus yang cepat di kondisi yang rendah cahaya.
X-Pro3 | XF 23/1.4 | Classic Negative | White Balance shift
X-Pro3 | XF 23/1.4 | Classic Negative | White Balance shift
EVF / OVF BARU
Sebagai fotografer yang lebih sering menggunakan viewfinder ketimbang LCD, terutama saat memotret malam hari, X-Pro3 menawarkan sesuatu yang sangat membantu. OVF X-Pro3 memiliki perbesaran sebesar 0,52, berbeda dengan X-Pro2 yang memiliki pembesaran ganda 0,35 dan 0,60. EVF yang terlihat besar dan jernih semakin membantu untuk mendapatkan foto yang baik, terutama saat malam hari.
X-Pro3 | XF 23/1.4 | Classic Negative | White Balance shift | Memotret sambil melihat view finder sangat berguna pada saat memotret malam hari
X-Pro3 | XF 23/1.4 | Classic Negative | White Balance shift
TOMBOL-TOMBOL
Saya membaca pada forum-forum fotografi di internet dan Facebook, salah satu perdebatan panas selain hidden LCD screen adalah hilangnya D-pad pada X-Pro3. Padahal menghilangkan D-pad ini sudah dimulai pada kamera-kamera yang lebih dahulu muncul seperti X-E3 dan GFX50R. Tampilan belakang yang bersih dan rapih bagi saya menjadi lebih enak karena saya sering sekali tanpa sengaja menekan D-pad dengan jempol kanan saya dan itu mengganggu. Semakin bersih tampilan belakang akan mengurangi risiko tertekan tanpa sengaja dan tidak mengganggu mood memotret.
X-Pro3 mampu menyimpan custom menu sebanyak 7 menu, sehingga memudahkan untuk berganti setting secara cepat.
Tampilan belakang yang bersih membuat kamera ini menjadi lebih sederhana.
Lalu berbeda dengan seri sebelumnya, tombol Q yang tadinya hanya didedikasikan untuk Quick Menu, sekarang bisa dikustomisasi sesuai keinginan, semakin menambah fleksibilitas kamera ini.
KONEKTIVITAS, LUBANG PORT, DAN BATERAI
Koneksi menggunakan USB-C dan dapat digunakan untuk charger baterai. Slot untuk SD card UHSII sebanyak 2 buah. Baterai menggunakan tipe NP-W126s seperti kamera X-series yang terbaru. Ketahan baterai sekitar 370 frame per baterai.
HIDDEN LCD SCREEN & SUB MONITOR
Sepertinya yang bisa mengalahkan hilangnya D-Pad dalam perdebatan di internet dan forum-forum fotografi adalah hidden LCD screen pada X-Pro3. Bagi saya yang memang memotret lebih sering menggunakan viewfinder dan sedang menekuni kembali fotografi analog bersama teman-teman, tersembunyinya LCD ini tidak menjadi masalah bagi saya dan malah menguntungkan. Pada saat memotret malam, LCD yang menyala tidak lagi mengganggu saya pada saat memotret. Saya bukan purist yang bertahan memotret lebih baik menggunakan viewfinder sepenuhnya, tetapi saya lebih suka fasilitas yang ada pada saat dibutuhkan ketimbang ada terus walaupun sedang tidak dibutuhkan. Jadi, saya lebih suka LCD ini tesembunyi dan berfungsi dengan baik pada saat saya benar-benar membutuhkannya saja.
X-Pro3 | XF 23/1.4 | Classic Negative | White Balance shift
LCD dibuka hanya saat dibutuhkan, terutama untuk sudut pengambilan rendah.
SUB MONITOR
Sub Monitor ini adalah desain yang sangat menarik. X-Pro3 seolah-olah memiliki โlidah kotak filmโ yang diselipkan seperti kamera-kamera analog. Informasi yang dihasilkan sub monitor bisa diatur pada menu dan diatur sesuka hati sesuai dengan keperluan. Tampilan inilah yang membuat saya pertama kali langsung menggugah rasa penasaran saya akan kamera ini.
Sub monitor menampilkan informasi film simulation, iso, white balance, dengan cara yang retro.
COLOR CHROME FX BLUE
Salah satu fitur favorit saya yang menyukai warna-warna cyberpunk dan neon noir. Color Chrome FX Blue berfungsi sama dengan Color Chrome FX Red, yaitu menambahkan saturasi dan menaikkan kualitas warna biru pada foto. Sepenglihatan saya, jika mode Color Chrome FX Blue ini diaktifkan akan menggeser warna biru menjadi ke arah Teal. Settings untuk Color Chrome FX Blue memiliki 3 pilihan, yaitu โOFFโ, โWEAKโ, dan โSTRONGโ. Saya lebih sering menggunakan โSTRONGโ untuk foto-foto malam saya.
X-Pro3 | XF 23/1.4 | Classic Negative | White Balance shift | Color Chrome FX Blue โStrongโ
X-Pro3 | XF 23/1.4 | Classic Negative | White Balance shift | Color Chrome FX Red & Blue โWeakโ
GRAIN
Grain pada X-Pro3 juga ditingkatkan, sekarang memiliki beberapa pilihan yaitu, โOFFโ, โWEAKโ, dan โSTRONGโ dan masing-masing dari โWEAKโ dan โSTRONGโ memiliki mode tambahan lagi yaitu โLARGEโ dan โSMALLโ.
CURVE
Pada X-Pro3 terdapat fungsi baru yaitu Curve. Pada dasarnya Curve ini adalah representasi grafis dari fungsi Highlights dan Shadows yang sudah terdapat pada seri kamera Fujifilm sebelumnya. Semoga ke depannya fungsi Curve ini akan ditingkatkan, paling tidak jumlah poin atau titik bisa lebih dari 2 titik.
X-Pro3 | XF 23/1.4 | Classic Negative | White Balance shift | Highlight -2 Shadow -2
CLARITY
Fungsi ini baru diterapkan pada X-Pro3. Clarity berfungsi sama dengan fitur clarity pada Adobe Lightroom dan software post-processing lainnya, yaitu untuk memperkuat kontras pada midtone sehingga foto terlihat tajam tanpa terlihat oversharpen.
X-Pro3 | XF 23/1.4 | Classic Negative | White Balance shift | Clarity +1
Harap diingat bahwa semua fitur-fitur ini hanya mempengaruhi file jpeg, bukan RAW.
PENGGUNAAN LENSA MANUAL
Jika anda seperti saya, suka menggunakan lensa manual untuk memotret, maka EVF baru dan warna focus peaking kuning akan sangat membantu. Mendapatkan focus menjadi semakin mudah dan experience menggunakan lensa manual menjadi semakin menyenangkan.
X-Pro3 dipasangkan dengan lensa Canon LTM 50/1.4
BERMAIN DENGAN MULTIPLE EXPOSURE
Multiple Exposure adalah salah satu hal yang menyenangkan dalam fotografi. Sebagai pengguna Fujifilm sejak dari X20, XT1, dan XT2, saya berharap fungsi ini ditingkatkan, jangan hanya 2 foto. Dan gayung bersambut, X-Pro3 meningkatkan fitur ini jauh dari harapan saya. Multiple Exposure pada X-Pro3 sekarang bisa menumpuk hingga 9 foto dan masing-masing file RAW akan tersimpan. Selain itu 4 mode Multiple Exposure yang bisa dipilih yaitu Additive, Average, Bright, dan Dark akan semakin membuat fotografer menjadi kreatif.
X-pro3 | XF 23/1.4 | Multiple Exposure dengan 2 eksposur.
FUNGSI HDR LEBIH BAIK
Pada menu โdriveโ, fungsi HDR memiliki opsi baru yaitu HDR100, HDR200, HDR400, dan HDRPlus. Dengan menggunakan fungsi ini kamera akan mengambil beberapa rangkaian gambar dan menggabungkannya menjadi sebuah foto dengan dynamic range tinggi (HDR). Foto yang dihasilkan adalah gabungan dari semua eksposur yang diambil dan menghasilkan foto yang balance secara highlight dan shadow serta bebas dari artifak-artifak (piksel-piksel yang muncul dan mengganggu) yang biasa muncul dari penggunaan HDR secara berlebihan. Sama seperti Multiple Exposure, setiap foto juga akan disimpan dalam format RAW untuk post processing lanjutan.
X-Pro3 | Single shot
X-Pro3 | HDRplus mode. Hasil akan sedikit tercrop.
FILM SIMULASI BARU: CLASSIC NEGATIVE
Yang saya tunggu-tunggu, apalagi kalau bukan film simulasi terbaru dari Fujifilm yang berdasarkan dari film Superia.
Siapa yang tidak kenal film Superia yang berjaya di Indonesia. Saya cukup terkejut dengan foto yang dihasil menggunakan film simulasi ini, karena menurut saya benar-benar mendekati film Superia.
X-Pro3 | XF 23/1.4 | Classic Negative | White Balance shift
Untuk menghasilkan foto-foto seperti yang saya inginkan, cyberpunk dan neon noir, saya biasa mengedit foto-foto saya pada Adobe Lightroom dan menggeser beberapa warna ke arah warna-warna yang saya inginkan, terutama untuk warna merah, biru, dan hijau. Dengan menggunakan film simulasi Classic Negative, workflow saya cukup terpangkas, terutama dalam hal pencarian warna. Pada Classic Negative, warna merah agak bergeser ke oranye, biru bergeser ke Teal, dan hijau bergeser ke agak kuning. Warna-warna yang selalu saya cari setiap kali saya edit foto. Warna klasik ini terlihat bagus baik itu untuk siang maupun malam hari.
X-Pro3 | XF 23/1.4 | Classic Negative | White Balance shift
X-Pro3 | XF 23/1.4 | Classic Negative | White Balance shift. Warna merah yang dihasilkan oleh classic negative film simulation sangat menarik karena agak bergeser ke warna jingga.
X-Pro3 | XF 23/1.4 | Classic Negative | White Balance shift | Burst 11 fps
X-Pro3 | XF10-24 | Classic Negative | White Balance shift
X-Pro3 | XF 23/1.4 | Classic Negative | White Balance shift
X-Pro3 | XF 23/1.4 | Classic Negative | White Balance shift
X-Pro3 | XF 23/1.4 | Classic Negative | White Balance shift
X-Pro3 | XF 10-24 | Classic Negative | White Balance shift
X-Pro3 | XF 23/1.4 | Classic Negative | White Balance shift
X-Pro3 | XF 23/1.4 | Classic Negative | White Balance shift
Classic Negative menjadi film simulation favorit saya bukan cuma karena sangat bagus untuk memotret di malam hari. Foto untuk daylight terlihat menjadi sangat klasik dan sangat bagus untuk warna kulit, warna hijau juga terlihat menjadi lebih enak dilihat.
X-Pro3 | XF 35/2 | Classic Negative | White Balance shift
X-Pro3 | XF 23/1.4 | Classic Negative | White Balance shift
X-Pro3 | XF 23/1.4 | Classic Negative | White Balance shift
X-Pro3 | XF 23/1.4 | Classic Negative | White Balance shift
X-Pro3 | XF 23/1.4 | Classic Negative | White Balance shift |
X-Pro3 | XF 23/1.4 | Classic Negative | White Balance shift |
X-Pro3 | XF 23/1.4 | Classic Negative | White Balance shift
X-Pro3 | XF 23/1.4 | Classic Negative | White Balance shift
X-Pro3 | XF 23/1.4 | Classic Negative | White Balance shift
X-Pro3 | XF 55-200 | Classic Negative | White Balance shift
X-Pro3 | XF 55-200 | Classic Negative | White Balance shift
Berikut sample-sample foto tambahan yang saya ambil baik itu siang maupun malam.
































KESIMPULAN
X-Pro3 adalah kamera yang sangat unik. Menawarkan sebuah pengalaman memotret yang tak terlupakan. Saya menggunakan kamera ini secara intens selama 12 hari dan saya merasa menjadi lebih kreatif. Kemampuannya kamera ini menyimpan 7 buah setting custom membuat saya dengan cepat mengganti settings tanpa harus menelusuri menu halaman demi halaman.
Bagi saya memotret adalah sebuah kegiatan yang sangat personal dan X-Pro3 menawarkan experience itu dengan hidden LCD dan tambahan-tambahan fitur favorit saya seperti classic negative film simulation dan multiple exposure yang ditingkatkan.
Apa yang saya rasakan tentunya sangat subjektif. Kamera ini, seperti yang didebatkan di internet, adalah sebuah kamera 'between love and hateโ. Dan saya jatuh cinta kepada kamera ini.
Sebuah kamera yang sangat personal.
Salam
Wira Siahaan